Probolinggo, Respon86.id – Sebuah ironi besar terjadi di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo, seluruh kamera pengawas (CCTV) yang seharusnya menjadi “mata” pengamanan kantor pemerintahan ternyata mati total. Hanya empat unit yang tersisa hidup, itupun dalam kondisi tidak normal dan nyaris tidak berguna.
Fakta memalukan ini terungkap setelah terjadi kasus pencurian yang menimpa seorang mahasiswi magang Dita Dwi Angela Putri (20) sekaligus anak kedua dari Presiden LSM G-APKM yang kehilangan dompet berisi uang Rp2,9 juta dan kartu ATM di area parkir timur Pemkab Probolinggo.
Presiden LSM G-APKM (Gerakan Aktivis Pelayan Kesejahteraan Masyarakat), Juned ST, yang juga ayah korban, meluapkan kekecewaan atas sistem keamanan di Pemkab Probolinggo.
"Sekelas kantor Pemkab yang mengelola anggaran ratusan miliar setiap tahun malah jadi tempat paling aman bagi pencuri. Semua CCTV mati total. Siapa yang bertanggung jawab? Apakah pejabat di Pemkab pura-pura tidak tahu atau memang sengaja membiarkan?” tegas Juned dengan suara bergetar menahan marah.
Dita, mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Nurul Jadid Paiton menerangkan kehilangan dompetnya pada Senin (28/7/2025) sekitar pukul 10.00–11.30 WIB. Dompet yang ia simpan di dalam jok motor Nmax raib tanpa jejak. Ia mencoba meminta akses CCTV ke Bagian Umum Pemkab Probolinggo, namun harus menunggu berjam-jam tanpa ada kejelasan. Malam harinya, ia menerima kabar mengejutkan dari admin CCTV melalui pesan WhatsApp: semua CCTV Pemkab Probolinggo mati total.
Kasus ini mendapatkan perhatian tim awak media, saat investigasi Selasa (29/7/2025) ke lokasi parkiran yang menjadi TKP pencurian sekaligus mendatangi Bagian Umum dan Bagian Hukum Pemkab untuk mengecek langsung kondisi CCTV, Hasilnya memukul logika siapa pun yang mendengar.
“Kami masuk ke ruang kontrol CCTV nyata sekali, seluruh perangkat mati total, yang tersisa hidup hanya empat CCTV dan itupun kualitasnya buruk. Saya bertanya, bagaimana mungkin kantor pemerintahan yang seharusnya dijaga ketat, dibiarkan tanpa pengawasan? Ini jelas kelalaian tingkat tinggi, kalau tidak mau disebut pembiaran,” Kecamnya.
Juned mengingatkan bahwa pencurian di area parkir Pemkab Probolinggo bukan hal baru sebelum kasus anak saya, motor warga juga pernah hilang di lokasi yang sama. Jadi, ini bukan kebetulan. Bagaimana mungkin Pemkab tidak segera memperbaiki CCTV? Apakah mereka menunggu korban berikutnya.
Juned menegaskan, Polres Probolinggo harus mengusut tuntas kasus ini. “Jangan hanya formalitas menerima laporan. Kami minta Polres bongkar tuntas, siapa yang lalai dan siapa yang diuntungkan dengan matinya CCTV ini. Kalau perlu, usut kemungkinan adanya permainan anggaran perawatan CCTV. Karena anggaran pasti ada, tapi buktinya semua alat mati,” Katanya.
Ia juga mempertanyakan langsung tanggung jawab pejabat Pemkab. “Siapa yang bertanggung jawab atas hilangnya uang dan barang anak saya? Apakah Pemkab, atau pihak kampus yang menempatkan mahasiswa magang? Kalau kondisinya seperti ini, tempat paling aman untuk pencuri adalah Pemkab Probolinggo. Pelaku bisa keluar masuk tanpa takut tertangkap kamera,” sindir Juned dengan nada tajam.
Kasi Humas Polres Probolinggo, Iptu Merdhania Pravita Shanty, membenarkan adanya laporan kehilangan tersebut.
“Ya benar, SPKT Polres Probolinggo telah menerima laporan seorang mahasiswi yang kehilangan dompet di area parkir sisi timur Kantor Pemkab Probolinggo. Laporan ini akan kami tindak lanjuti,” ujar Merdhania singkat.
Kasus ini memperlihatkan betapa lemahnya pengamanan kantor pemerintahan di bawah Pemkab Probolinggo. Dengan semua CCTV mati total, pencuri bisa bergerak bebas tanpa takut terekam. Bukan hanya kasus pencurian Dita yang terancam tak terungkap, tetapi kondisi ini membuka peluang kejahatan lain terjadi kapan saja.
Pertanyaan mendasar yang kini harus dijawab adalah: sampai kapan Bupati dan pejabat Pemkab Probolinggo menutup mata? Apakah kantor pemerintahan memang sengaja dijadikan “zona bebas” bagi pencuri karena lemahnya pengawasan dan buruknya manajemen keamanan?.
Red
